BERPIKIR ILMIAH
Manusia hidup pasti berfikir, karena manusia dibekali
akal dan fikiran yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Dengan akalnya, manusia dapat mengembangkan pemikirannya sehingga mampu untuk
memecahkan masalah dan mampu mencapai tujuan hidupnya. Ketika manusia lahir ke
dunia belum dapat melakukan sesuatu hingga mereka dewasa dapat melakukan apa
yang diinginkan, selama itu pula mereka akan berfikir untuk menuju proses pendewasaan
dan menciptakan ilmu-ilmu baru untuk dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
1. Pengertian Berfikir Ilmiah
Pengertian
berfikir ilmiah menurut para ahli yaitu :
a. Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan
kegiatan akal untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah
kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.
b. Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah
proses atau aktivitas manusia untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah
adalah proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan.
c. Menurut Eman Sulaeman. Berfikir ilmiah merupakan
proses berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang
berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada.
d. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118).
Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang
lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
Dapat disimpulkan bahwa berfikir ilmiah merupakan
kegiatan otak atau akal manusia untuk berfikir dengan tepat dan cermat untuk
memperoleh pengetahuan yang disertai dengan bukti dan fakta yang ada.
2. Sarana Berfikir Ilmiah
Sarana
berfikir ilmiah merupakan alat bagi kegiatan ilmiah untuk membantu
langkah-langkah ilmiah mendapatkan kebenaran. Sarana berfikir ilmiah merupakan
suatu alat, yang artinya dengan alat tersebut membuat manusia dapat berbuat
sesuatu untuk mendapatkan ilmu baru atau teori yang lain dengan melaksanakan
kegiatan ilmiah. Untuk mendapatkan ilmu tersebut diperlukan sarana berfikir
ilmiah supaya terlaksana secara baik dan teratur.
Suriasumantri
(2003:167) menyebutkan bahwa sarana berfikir ilmiah ada 4, yaitu : bahasa,
logika, matematika, dan statistika. Sarana berpikir ilmiah berupa bahasa
sebagai alat komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang
lain, logika sebagai alat berpikir agar sesuai dengan aturan berpikir sehingga
dapat diterima kebenarannya oleh orang lain, matematika berperan dalam pola
berpikir deduktif sehingga orang lain lain dapat mengikuti dan melacak kembali
proses berpikir untuk menemukan kebenarannya, dan statistika berperan dalam
pola berpikir induktif untuk mencari kebenaran secara umum.
Hal-hal
yang perlunya diperhatikan dari sarana berfikir ilmiah ada dua. Pertama, sarana
ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan
metode ilmiah. Kedua, tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
METODE ILMIAH
metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Jadi, ilmu adalah pengetahuan yang didapap lewat metode ilmiah.
Metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam
metode tersebut. Jadi, metodologi ilmiah adalah pengkajian dari peraturan-peraturan
yang terdapat dalam metode.
tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu. Ilmu merupakan
pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a.
Objektif,
artinya pengetahuan itu diperoleh sesuai dengan objeknya atau didukung metodik
fakta empiris atau dibuktikan dengan hasil pengindraan.
b.
Metodik,
artinya pengertian itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang
teratur dan terkontrol.
c.
Sistematik,
artinya pengertian itu disusun dalam suatu sistem dimana satu sama lain saling
berkaitan dan saling menjelaskan, sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan
yang utuh
d.
Berlaku
umum, artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh
seorang atau beberapa orang saja, akan tetapi semua orang dengan cara
eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang konsisten.
Metode ilmiah menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara
berpikir induktif dalam membangun tubuh dan pengetahuannya.
Cara berpikir
deduktif adalah cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat
khusus dari pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan cara berpikir induktif
terkait dengan empirisme, dimana dibutuhkan fakta-fakta yang mendukung. Oleh
karena itu, cara berpikir induktif berdasarkan pada skriteria kebenaran korespondensi/teori
korespondensi.
Dengan metode
ilmiah pendekatan rasional digabungkan dengan pendekatan empiris. Secara
sederhana hal ini berarti semua teori ilmiah harus memenuhi 2 syarat utama,
yaitu sebagai berikut:
a.
Harus
konsisten dengan teori-teori sebelumnya yan menunjukkan tidak terjadinya
kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
b.
Harus
cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab teori yang bagaimanapun konsistennya,
kalau tidak didukung oleh pengujian empiris maka tidak dapat diterima
kebenarannya secara ilmiah.
Kriteria Metode Ilmiah
Metode yang
digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah. Maka metode tersebut harus
mempunyai kriteria berikut:
a.
Berdasarkan
fakta
Keterangan-keterangan
yang ingin diperoleh dar penelitian, baik yang dikumpulkan dan dianalisis harus
berdasarkan fakta-fakta yang ada.
b.
Bebas
dari prasangka
Meetode ilmiah
harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan
subjektif.
c.
Menggunakan
hipotesis
Fakta yang
mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya
saja. Akan tetapi, semua kejadian harus dicari sebab akibat dengan menggunakan
analisis yang tajam.
d.
Menggunakan
ukuran objektif
Hipotesis harus
ada untuk mengonggokan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah jalan
tujuan yang ingin dicapai. Sehingga hasil yang diperoleh akan mengenai sasaran
dengan cepat.
e.
Menggunakan
teknik kuantitatif
Yang lazim
harus digunakan, kecuali untuk atribut-atribut yang dapat
dikuantifikasikan.kuntitatif yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran
nominal, ranking, rating.
Operasonalisme Metode Ilmiah
merupakan langkah-langkah atau tahapan-tahapan dalam
kegiatan ilmiah yang dapat dijadikan syarat/cara dalam metode ilmiah. Seluruh
tahapan harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah. Metode
ilmiah hanya dapat diterapkan pada ilmu IPA dan IPS saja, dan tidak bisa
diterapkan pada ilmu matematika dan sastra.
Adapun langkah-langkah operasional metode ilmiah
tersebut adalah :
1. Perumusan
masalah,
Yang dimaksud dengan masalah disini adalah merupakan
pertanyaan apa, mengapa, atau bagaimana tentang obyek yag diteliti. masalah itu
harus jelas batas-batasnya serta dikenal faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Penyusunan
hipotesis,
Yang dimaksud hipotesis adalah suatu pernyataan yang
menunjukkan kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yangtelah
ditetapkan.Dengan kata lain, hipotesis merupakan dugaan sementara yang tentu
saja didukung oleh pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat dipandang sebagai
jawaban semntara dari permasalahan yang harus diuji kebenarannya.
3. Pengujian
hipotesis,
Yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang
relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk memperlihatkan apakah
tedapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
Penarikan kesimpulan ini didasarkan atas penilaian
melalui analisi dari fakta(data0 untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan
itu diterima atau tidak) hipotesis itu dapat diterima bila fakta yang terkumpul
itu mendukung pernyataan hipotesis. Hipotesis yang diterima merupakan suatu
pngetahuan yang kebenarannya telah diuji secra ilmiah, dan merupakn bagian dari
ilmu pngetahuan.
Keterbatasan Dan Keunggulan Metode Imiah
Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan pengetahuan ilmiah. Kita
ketahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah itu berasal
dari pengamatan. Kita melakukan pengamatan dengan panca indera yang juga
mempunyai keterbatasan kemampuan untuk menangkap suatu fakta. Jadi, kemungkinan
keliru dari penangkapan panca indera tetap ada. Oleh karena itu, semua
kesimpulan lmiah atau kebenaran ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pengetahuan
alam(IPA), bersifat tntatif. Artinya, sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat
menolak kesimpulan itu, maka kesimpulan itu dianggap benar. Sebaliknya,
kesimpulan ilmiah dapat menolak kesimpulan ilmiah terdahulu menjadi kebenaran
yang baru.
Tidak demikian halnya
dengan pengetahuan yang didapat dari wahyu Ilahi. Kebenaran dari pengetahuan
ini bersifat mutlak. Artinya, tidak berubah sepanjang masa. Metode ilmiah tidak
sangup menjangkau untuk menguji adanya tuhan. Metode ilmiah jua tidak dapat menjangkau
untuk membuat kesimpulan berkenaan dengan baikdan buruknya atau sistem nilai
serta tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan.
Keunggulan mertode
ilmiah terkandung dalam sifat objektif, metodik, sistematik, dan berlaku untuk
umum merupakan ciri khas pengetahuan ilmiah yang akan membimbing kita pada
sikap ilmiah yang terpuji.
A.
Metode Pencaarian Kebenaran Dalam Islam
Beberapa definisi
kebenaran dapat kita kaji bersama dari beberapa sumber, antara lain, kamus umum
bahasa indonesia (purwadarminta), arti kebenaran yaitu:
1.
Keadaan
yang benar (cocok dengan hal atau keadaan seasungguhnya).
2.
Sesuatu
yang benar (sungguh-sungguh ada, betul demikian halnya).
3.
Kejujuran,
ketulusan hati.
4.
Selalu
izin, berkenan.
5.
Jalan
kebetulan.
Menurut teori kebenaran
metafisik/ontologis, kebenaran adalah kualitaas individual atas objek, ia
merupakan kualitas primer yang mendasari realitas dan bersifat objektif, ia
didapat dari sesuatu itu sendiri. Kita memperolehnya melalui intensionalitas,
tidak diperoleh dari relasi antara sesuatu dengan sesuatu, misal kesesuaian
antara pernyataan dengan fakta. Dengan demikian, kebenaran metafisis menjadi
dasar kebenaran epistemologis, pernyataan disebut benar kalau memang yang mau
dinyatakan itu sungguh ada.
Sedangkan menurut noeng muhajir, eksistensi kebenaran dalam aliran
filsafat yang satu berbeda dengan aliran filsafat lainnya. Positifisme hanya
mengakui kebenaran yang dapat ditangkap secara langsung atau tidak langsung
lewat indera. Idealisme hanya mengakui kebenaran dunia ide, materi itu hanyalah
bayangan dari dunia ide. Sedangkan islam berangkat dari eksistensi kebenaran
bersumber dari Allah S.W.T. wahyu merupakan eksistensi kebenaran yang mutlak
benar. Eksistensi wahyu merupaka kebenaran mutlak, epistemologinya yang perlu
dibenahi, juga model logika pembuktiannya, model logika yang dikembangkan
didunia islam adalah logika formal aristoteles dengan mengganti pembuktian
materil/substansial, dan pembuktian kategorik dengan pembuktian probabilitas.
Lebih jauh noeng
mujahir menawarkan epistemology berangkat dari dua postulat, pertama semua yang
ghaib (zat Allah, alam barzah, surga dan neraka) itu urusan Allah, bukan
kawasan ilmu, sedangkan alam semesta dengan beribu galaksi yang terbentang
dimuka kita adalah kawasan ilmu yang dapat kita rambah, kedua manusia itu
makhluk lemah dibanding kebijakan Allah, sehingga kebenaran mutlak dari Allah
tidak tertangkap langsung oleh pikiran manusia.
Pandangan ibnu rusyd
yang menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik untuk mencapai
kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli agama, telah memancing
kemarahan pemuka agama, sehingga mereka meminta kepada khalifah yang memerintah
di spanyol untuk menyatakan ibnu rusyd sebagai atheis.
Dengan menggunakan
berbagai pendekatan kebenaran dalam mendapatkan pengetahuan, maka dibutuhkan
berbagai kriteria kebenaran yang disepakati secara konsensus, baik dengan cara mengadakan
penelitian atau mengadakan perenungan. Dalam pendekatan ini dibedakan menjadi
dua pendekatan kebenaran, yaitu kebenaran ilmiah dan kebenaran non-ilmiah.
Kebenaran ilmiah itu berdasarkan kerakteristik penelitian ilmiah. Sedangkan
kebenaran non-ilmiah antara lain:
ü Kebenaran karena kebetulan: kebenaran yang didapat dari kebetulan
dan tidak ditemukan secara ilmiah, tidak dapat diandalkan karena terkadang kita
tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan. Misalnya, radio tidak ada
suaranya, dipukul, kemudian bunyi.
ü Kebenaran karena akal sehat (common sense): akal sehat adalah
serangkaian konsep yang dipercaya dapat memecahkan masalah secara praktis.
Contoh kepercayaan bahwa hukuma fisik merupakan alat utama untuk pendidikan
adalah termasuk kebenaran akal sehat. Akan tetapi, cara itu menurut penelitian
psikologi membuktikan hal tersebut tidak benar, bahkan lebih membahayakan masa
depan peserta didik.
ü Kebenaran intuitif: kebenaran yang didapat dari proses luar sadar
tanpa menggunakan penalaran dan proses berikir.
ü Kebenaran karena trial dan error: kebenaran yang diperoleh karena
mengulang-ulang pekerjaan, baik metode, tekhnik, materi dan parameter-parameter
sampai akhirnya menemukan sesuatu.
ü Kebenaran spekulasi, kebenaran karena adanya pertimbagan meskipun
kurang dipikirkan secara matang, dikerjakan penuh resiko, relative lebih cepat
dan biaya lebih rendah.
ü Kebenaran agama dan wahyu: kebenaran mutlak (asasi dari allah dan
rasulnya). Al-qur’an sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad
S.A.W diyakini kebenarannya bagi kaum muslimin tetapi tidak diyakini oleh
non-muslimin.
Dengan mengetahui
kebenaran berdasarkan pendekatan non-ilmiah paling tidak kita telah dapat
membedakan segala kebenaran yang berada dimasyarakat tersebut tidak teruji
secara ilmiah sehingga sulit untuk dipertanggung jawabkan.
Kebenaran ditinjau dari
pendekatan ilmiah, yaitu:
Kebenaran ilmiah muncul dari hasil penelitian ilmiah, artinya suatu
kebenaran tidak mungkin muncul tanpa adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui
untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Tahapan dalam penelitian untuk mendapatkan
kebenaran adalah penelitian, kebenaran, ilmu pengetahuan, proses dan hasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar